Banda Aceh — Dalam upaya memberikan edukasi terkait energi, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar Seminar Tata Kelola Migas dan Pemanfaatannya yang dilaksanakan di FH USK pada Senin, 13/11/2. Dengan menghadirkan narasumber diantaranya, Dekan Fakultas Hukum, Dr. M. Gaussyah; Kepala Divisi Akutansi, Perpajakan dan Manajemen Risiko Badan pengelola Migas Aceh (BPMA), Nasri SE Ak MS Ak CA; dan Muchlis, S.Si., M.Sc, Dosen Fakultas Teknik USK.
Dihadiri oleh oleh 100 Orang Mahasiswa FH USK, BEM Fakultas-Fakultas yang ada di USK BEM USK, BEM UIN-Arraniry, BEM UNMUHA, BEM Universitas Serambi Mekkah, dan dipandu oleh moderator, Rismawati yang merupakan dosen senior FH-USK. Kegiatan yang disponsori oleh PT Pembangunan Aceh ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang eksplorasi migas, terutama di Aceh.
Pada kesempatan tersebut, Nasir menjelaskan terkait kegiatan hulu migas, konsep bagi hasil, PSC Standard VS Gross Split PSC, BPMA dan KKKS. Tugas Divisi Akuntansi & Perpajakan BPMA, melaksanakan pencatatan akuntansi minyak dan gas bumi, melakukan pencatatan penerimaan bagian negara, pencatatan hutang piutang, akuntansi asset kapital dan pelaporan. Selain itu juga dijelaskan peran BPMA dalam menyusun pelaporan keuangan KKKS, analisa dan evaluasi FQR dan manajemen resiko financial.
Sementara itu, dalam pemaparan materinya, Dekan Fakultas Hukum menjelaskan tentang prinsip good mining governance, Good Mining Practice merupakan kaidah penambangan yang baik dan turut berkontribusi dalam menaati aturan, terencana dengan baik, menerapkan teknologi yang sesuai yang berlandaskan pada efektivitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan galian, mengendalikan dan memelihara fungsi lingkungan, menjamin keselamatan kerja, mengakomodir keinginan dan partisipasi Masyarakat.
“Selain itu dari Good Mining Practice ini juga dapat menghasilkan nilai tambah, meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Pada dasarnya prinsip GMP ini sebagai manajemen pemerintah yang mampu mencegah korupsi baik secara politis maupun administratif”, jelas Gaussyah.
Sedangkan dari segi eksplorasi migas, disampaikan “ masih diperlukan re-visit dan re-study terhadap beberapa lapangan depleted dan discovery un-developed. Tantangannya adalah kualitas seismik yang belum baik dan spasi lintasan seismik yang masih lebar. Oleh karena itu masih diperlukan teknologi seperti passive seismic, gravity, magnetotelluric dan lain-lain untuk study awal di area low quality dan less quantity data seismic.”
Para peserta terlihat antusias mengikuti seminar tersebut, hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada narasumber oleh peserta yang hadir, “tentunya seminar pengetahuan migas seperti ini harus sering dilaksanakan guna menambah pengetahuan generasi muda Aceh terkait migas, mengingat di Aceh sangat banyak ditemukan sumber migas dan potensial untuk diberikan investasi yang akan menumbuhkan iklim investasi yang baik bagi Aceh dan peningkatan perkenomian, juga lapangan kerja baru. Karena itu bagi mahasiswa dan generasi muda Aceh agar mempersiapkan dirinya dalam mengambil kesempatan yang ada” tutup Gaussyah. (cnr)